MELESTARIKAN
NILAI KEARIFAN LOKAL MELALUI CERITA RAKYAT
Mengidentifikasi Isi Pokok Cerita
Hikayat
Hikayat termasuk cerita rakyat
yang perlu dilestarikan. Cerita rakyat merupakan titipan budaya dari nenek
moyang kepada generasi penerus bangsa.
Cerita rakyat penting
dilestarikan dan dikembangkan. Setidaknya, ada tiga fungsi cerita rakyat yang
mengharuskan kita tetap melestarikannya, yaitu:
1.
sebagai sarana hiburan;
2. sebagai sarana pendidikan karena di dalamnya terkandung
banyak nilai yang dapat diteladani dalam kehidupan; dan
3.
sebagai sarana menunjukkan dan melestarikan budaya bangsa
karena dari cerita rakyat dapat dikokohkan nilai sosial dan budaya suatu
bangsa.
Hikayat
Indera Bangsawan
Tersebutlah
perkataan seorang raja yang bernama Indera Bungsu dari Negeri Kobat Syahrial.
Setelah berapa lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh putra. Maka pada suatu
hari, ia pun menyuruh orang membaca doa qunut dan sedekah kepada fakir dan
miskin. Hatta beberapa lamanya, Tuan Puteri Sitti Kendi pun hamillah dan
bersalin dua orang putra laki-laki. Adapun yang tua keluarnya dengan panah dan
yang muda dengan pedang. Maka baginda pun terlalu amat sukacita dan menamai
anaknya yang tua Syah Peri dan anaknya yang muda Indera Bangsawan.
Maka
anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan
dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka
dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya
diketahuinya. Setelah beberapa lamanya, mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu
hikmat, dan isyarat tipu peperangan. Maka baginda pun bimbanglah, tidak tahu
siapa yang patut dirayakan dalam negeri karena anaknya kedua orang itu sama-sama
gagah.Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua
anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya:
barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang
patut menjadi raja di dalam negeri..
Setelah
mendengar kata-kata baginda, Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bermohon pergi
mencari buluh perindu itu. Mereka masuk hutan keluar hutan, naik gunung turun
gunung, masuk rimba keluar rimba, menuju ke arah matahari hidup.
Maka
datang pada suatu hari, hujan pun turunlah dengan angin ribut, taufan, kelam
kabut, gelap gulita dan tiada kelihatan barang suatu pun. Maka Syah Peri dan
Indera Bangsawan pun bercerailah. Setelah teduh hujan ribut, mereka pun pergi
saling cari mencari.
Tersebut
pula perkataan Syah Peri yang sudah bercerai dengan saudaranya Indera
Bangsawan. Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada AllahSubhanahuwata’ala dan
berjalan dengan sekuat-kuatnya.
Beberapa
lama di jalan, sampailah ia kepada suatu taman, dan bertemu sebuah mahligai.Ia
naik ke atas mahligai itu dan melihat sebuah gendang tergantung. Gendang itu
dibukanya dan dipukulnya. Tiba-tiba ia terdengar orang yang melarangnya memukul
gendang itu. Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya gendang itu, maka Puteri
Ratna Sari pun keluarlah dari gendang itu. Puteri Ratna Sari menerangkan bahwa
negerinya telah dikalahkan oleh Garuda. Itulah sebabnya ia ditaruh orangtuanya
dalam gendang itu dengan suatu cembul. Di dalam cembul yang lain ialah perkakas
dan dayang-dayangnya. Dengan segera Syah Peri mengeluarkan dayang-dayang itu.
Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya. Maka Syah Peri pun duduklah
berkasih-kasihan dengan Puteri Ratna Sari sebagai suami istri dihadap oleh
segala dayang-dayang dan inang pengasuhnya.
Tersebut
pula perkataan Indera Bangsawan pergi mencari saudaranya. Ia sampai di suatu
padang yang terlalu luas. Ia masuk di sebuah gua yang ada di padang itu dan
bertemu dengan seorang raksasa. Raksasa itu menjadi neneknya dan menceritakan
bahwa Indera Bangsawan sedang berada di negeri Antah Berantah yang diperintah
oleh Raja Kabir.
Adapun
Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya, Puteri
Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian, negeri itu akan dibinasakan
oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa barang
siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akan dinikahkan dengan anak perempuannya
yang terlalu elok parasnya itu. Hatta berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun
sakit mata, terlalu sangat. Para ahli nujum mengatakan hanya air susu harimau
yang beranak mudalah yang dapat menyembuhkan penyakit itu. Baginda bertitah
lagi. “Barang siapa yang dapat susu harimau beranak muda, ialah yang akan
menjadi suami tuan puteri.”
Setelah
mendengar kata-kata baginda Si Hutan pun pergi mengambil seruas buluh yang
berisi susu kambing serta menyangkutkannya pada pohon kayu.Maka ia pun duduk
menunggui pohon itu. Sarung kesaktiannya dikeluarkannya, dan rupanya pun
kembali seperti dahulu kala.
Hatta
datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu
harimau beranak muda itu. Indera Bangsawan berkata susu itu tidak akan dijual
dan hanya akan diberikan kepada orang yang menyediakan pahanya diselit besi
hangat. Maka anak raja yang sembilan orang itu pun menyingsingkan kainnya untuk
diselit Indera Bangsawan dengan besi panas. Dengan hati yang gembira, mereka
mempersembahkan susu kepada raja, tetapi tabib berkata bahwa susu itu bukan
susu harimau melainkan susu kambing. Sementara itu Indera Bangsawan sudah
mendapat susu harimau dari raksasa (neneknya) dan menunjukkannya kepada raja.
Tabib
berkata itulah susu harimau yang sebenarnya. Diperaskannya susu harimau ke mata
Tuan Puteri. Setelah genap tiga kali diperaskan oleh tabib, maka Tuan Puteripun
sembuhlah. Adapun setelah Tuan Puterisembuh, baginda tetap bersedih. Baginda
harus menyerahkan tuan puteri kepada Buraksa, raksasa laki-laki apabila ingin
seluruh rakyat selamat dari amarahnya. Baginda sudah kehilangan daya upaya.
Hatta
sampailah masa menyerahkan Tuan Puteri kepada Buraksa. Baginnda berkata kepada
sembilan anak raja bahwa yang mendapat jubah Buraksa akan menjadi suami Puteri.
Untuk itu, nenek Raksasa mengajari Indrra Bangsawan. Indra Bangsawan diberi
kuda hijau dan diajari cara mengambil jubah Buraksa yaitu dengan memasukkan
ramuan daun-daunan ke dalam gentong minum Buraksa. Saat Buraksa datang hendak
mengambil Puteri, Puteri menyuguhkan makanan, buah-buahan, dan minuman pada
Buraksa. Tergoda sajian yang lezat itu tanpa pikir panjang Buraksa menghabiskan
semuanya lalu meneguk habis air minum dalam gentong.
Tak
lama kemudian Buraksa tertidur. Indera Bangsawan segera membawa lari Puteri dan
mengambil jubah Buraksa. Hatta Buraksa terbangun, Buraksa menjadi lumpuh akibat
ramuan daun-daunan dalam air minumnya.
Kemudian
sembilan anak raja datang. Melihat Buraksa tak berdaya, mereka mengambil
selimut Buraksa dan segera menghadap Raja. Mereka hendak mengatakan kepada Raja
bahwa selimut Buraksa sebagai jubah Buraksa.
Sesampainya
di istana, Indera Bangsawan segera menyerahkan Puteri dan jubah Buraksa. Hata
Raja mengumumkan hari pernikahan Indera Bangsawan dan Puteri. Saat itu sembilan
anak raja datang. Mendengar pengumuman itu akhirnya mereka memilih untuk pergi.
Mereka malu kalau sampai niat buruknya berbohong diketahui raja dan rakyatnya
Sumber:
Buku Kesusastraan Melayu Klasik
Kata Arkais |
Makna Kamus |
Beroleh |
Mendapat |
Titah |
Kata, perintah |
Buluh |
Tanaman berumpun, berakar
serabut, batangnya beruas-ruas, berongga, dan keras; bambu; aur |
Mahligai |
Tempat kediaman raja atau putri-putri
raja. |
Cembul |
Tempat tembakau yang terbuat
dari logam |
Inang |
Perempuan yang merawat anak
tuannya. |
Upeti |
Uang yang
wajib dibayarkan oleh negara kecil kepada raja atau negara yang berkuasa atau
yang menaklukkan |
Selit |
Banyak seluk
beluknya |
Bejana |
Benda berongga
yang dapat diisi dengan cairan atau serbuk dan dapat digunakan sebagai wadah. |
Sebermula |
Pada awalnya |
Hatta |
Kemudian |
Menangguh |
Menunda |
Berhampiran |
Bertemu |
Menyekat |
Memisahkan diri |
Cembul |
Tempat tembakau (gambir dan
sebagainya) dibuat dari logam (biasa ditaruh dalam cerana atau puan |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar