Kemunculan
Sastra Dalam Jejaring Sosial Facebook
EllaChanafi
Selama ini dunia sastra kurang
disentuh oleh para remaja. Sastra hanya mereka nikmati dengan membaca, bahkan
dengan melihat saja. Ketika ada karya sastra baru yang berupa fiksi mereka hanya melihat covernya
tanpa mau membaca apa lagi untuk membelinya. Budaya membaca di negeri ini
seakan hilang termakan waktu. Ide-ide kreatif tak lagi muncul dibenak mereka, kemunculan
sastra dalam jejaring sosial facebook menajadi salah satu ajang kreativitas
yang tersembunyi. Sastra yang muncul dalam facebook dengan cara update status
itu adalah jalan dimana mereka menginginkan respon dari orang lain untuk
mengomentari karyanya. Karena dalam facebook seseorang dapat langsung merespon
dan menyukai karya tersebut hanya dengan mengkilk like yang berarti suka. Semua
itu menjadi hal biasa yang dilakukan para remaja tanpa mereka sadari.
Hal ini sangat logis karena remaja beranggapan bahwa menulis adalah
kegiatan yang sangat susah untuk mengawalinya. Dan itu semua yang terjadi pada
remaja di negeri kita ini. Tetapi mereka bisa untuk melakukan itu semua. Ini
semua disebabkan oleh kurangnya perhatian terhadap para penulis dan motivasi
bagi pemula untuk menghasilkan suatu karya sastra yang menarik. Apalagi harus
membuat suatu kata-kata yang indah dan tentunya harus menarik. Sehingga mereka
lebih sering membuatnya untuk kalangan sendiri atau menjadi konsumsi pribadi.
Sekarang sastra sedikit terlihat diantara para remaja, dengan adanya jejaring
sosial yang dianggap mereka sebagai pengganti ibu di luar rumah. Karena mereka
bisa menuangkan perasanya dimana dan kapan pun. Facebook dimanfaatkan sebagai
media onlaine untuk curhat bagi para remaja yang sedang senang bahkan sakit
hati. Mereka hanya ingin mendapatkan pengakuan dari orang lain atau eksistensi
dalam berpuitis sehingga mereka sering menulis puisi dalam statusnya sesuai
dengan kondisi psikologi yang sedang mereka alami. Media ini sebagai jalan
samping yang efektif tanpa harus melewati redaktur pada media masa mereka sudah
dapat mempublikasikan karyanya dan mendapat respon yang kebanyakan positif dari
teman-temanya. Bahkan guru-guru yang terkadang mengomentari karya peserta didik
dalam jejaring sosial tersebut. Apa semua itu benar? Menurut saya, sebagai
seorang guru kita perlu memperhatikan peserta didik kita. Dan apabila kita
sebagai guru mengetahui peserta didiknya memiliki kemampuan untuk berkarya kita
wajib untuk mengembangkannya bukan hanya untuk main-main tetapi diarahkan dan
diberi motivasi agar peserta didik lebih percaya diri.
Sisi positif memplubikasikan karya sastra pada jejaring sosial facebook.
Itu adalah hal yang biasa untuk para remaja. Tetapi itu jua menjadi hal yang
sangat membanggakan karena seseorang sudah percaya diri untuk menulis dan
mempublikasikannya dengan cara media online. Jarang sekali seorang remaja memperlihatkan
karyanya sendiri untuk dibaca orang lain karena malu atau ketidak siapan
mendapatkan respon negatif dari pembaca. Tetapi dengan adanya jejaring sosial
mereka saling balas membalas pesan atau komentar dengan puisi moderen atau
puisi lama seperi halnya pantun. Daya imjinasi mereka sangat baik untuk
dikembangkan menjadi sebuah karya yang penuh dengan makna positif.
Secara psikologi anak lebih nyaman mengungkapkan sesuatu dengan tulisan
karena mereka tidak harus berhadapan langsung dengan lawan tutur. Kemampuan
berfikir yang masih luas dan dapat diasah sehingga menuangkan ide yang kreatif.
Manusia akan lebih kreatif menulis dari pada berkata-kata. Karena perasaan atau
fiil yang ada pada dirinya setiap harinya berubah dan itu semua dapat
menghasilkan sesuatu yang baru untuk dapat dituangkan sebagai karya sastra yang
biasanya berupa puisi moderen.
Sisi negatif memplubikasikan karya sastra pada jejaring sosial facebook.
Ketika sebuah karya sastra muncul dalam jejaring sosial. Perlu diperhatikan
tentang keorisinalan karya sastra karena orang dengan mudah dan membaca juga
gampang untuk mengutipnya. Dan lebih bahaya lagi apabila seseorang mengutipnya
lalu mengakui hasil karya sastra orang tersebut. Maka dari itu seorang yang
memiliki karya sastra yang dipublikasikan dalam jejaring sosial facebook.
Sebaiknya karya sastra diplubikasikan pada tempatnya sehingga penulis tidak
akan mengalami kerugian dan karya sastranya akan memiliki hak cipta. Oleh sebab
itu tidak ada yang akan mengutip atau mengakui apa yang telah dibuat.
Di sini terlihat bahwa remaja kurang perhatian untuk karya sastra yang
telah dibuatnya. Mereka lebih nyaman memplubikasikan karya sastra dengan menulis
sebagai status difacebook. Sedangkan akibat yang akan diperoleh itu akan
merugikan dirinya sebagai pembuat karya sastra. Dan juga adanya ketidak
orisinal pada suatu karya yang di publikasikan. Seseorang akan bangga apabila
karya yang ditulis mendapat respon baik dan apabila seseorang akan hilang daya
imajinasi untuk menuangkan ide kreatif jika hasil yang diperoleh direspon
negatif. Dan itu semua yang masih terjadi di negara kita ini. Sastra hanya
muncul pada saat senang dan sedih tapi pada saat keadaan biasa ide kreatif
tidak mau dicari apalagi untuk difikirkan.
Oleh karena itu, siapapun penulis atau penyair online apabila karya yang
dihasilkan merupakan sesuatu yang sangat bermakna juga memiliki nilai estetik
yang bagus. Jangan pernah berfikir bahwasannya menulis adalah hal yang sulit
dan rumit. Pikirkan mudahnya dan jalani dengan pelan-pelan yang terpenting
adalah kesabaran. Sesuatu karya sastra akan dimuat apabila seorang penulis
terus menerus belajar membuat dan sabar tanpa itu semua tidak akan mungkin
seorang penulis di negeri ini bisa menulis dengan karya yang sangat indah. Bagi
para remaja jangan lah berpuas diri dengan satu hal tapi carilah hal yang lain,
karena keberhasilan akan kita dapat jika kita dapat menjalani proses untuk
mencapai tujuan yang di harapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar