MENDALAMI
PUISI
Sumber:
https://ruangimaji.files.wordpress.com/2011/03/rendra1.jpg
Dengan mempelajari pelajaran 8
ini, kamu diharapkan mampu mendalami puisi dengan memahami, menulis, dan
mendemonstraskannya dengan baik yang terdapat dalam antologi puisi. Di samping
itu, kamu juga diharapkan dapat membangun kesadaran bertanggungjawab, rasa
ingin tahu, dan sikap menghargai.
Pada pelajaran ini kamu akan mempelajari
salah satu karya sastra yaitu puisi. Sumber utama pada pelajaran ini ialah dari
buku kumpulan puisi atau sering disebut antologi. Bukan hanya memahami isi
puisi, tetapi kamu juga harus mendemonstrasikan puisi dengan memerhatikan
beberapa komponen penting yaitu vokal, ekspresi, dan intonasi.
A.
Mengidentifikasi Komponen Penting dalam Puisi
Puisi
adalah salah satu bentuk karya sastra yang banyak disukai karena disajikan
dalam bahasa yang indah dan sifatnya yang imajinatif. Bahkan puisi juga
dianggap sebagai rangkaian kata-kata yang menggambarkan perasaan penulis
(penyairnya). Pesan yang ingin disampaikan oleh penyair dirangkai dengan
kata-kata yang indah, yang berbeda dengan bahasa sehar-hari, bahkan juga
berbeda dengan bahasa karya sastra lainnya, seperti drama atau prosa.
Makna
puisi menjadi hal yang penting bagi pembaca. Seindah apa pun rangkaian
kata-kata yang dibuat oleh seseorang, menjadi tidak berarti makna atau pesan
yang disampaikan di dalamnya.
Pada
pembelajaran kali ini, kamu akan memahami hal-hal penting terkait pesan yang
ingin disampaikan penyair terutama berkaitan dengan suasana, tema, dan makna
puisi.
Kegiatan I
Menentukan Suasana dalam Puisi
Pernahkah
kamu membaca sebuah puisi yang meninggalkan kesan mendalam bagi perasaanmu?
Misalnya, sebuah puisi cinta yang membuat hatimu menjadi berbunga-bunga atau
puisi kritik sosial yang membuat perasaan kemanusiaanmu tersentuh?
Itulah
yang disebut dengan suasana, yaitu keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi
itu. Dengan kata lain, suasana merupakan akibat psikologis yang ditimbulkan
puisi itu terhadap pembaca. Suasana ialah keadaan jiwa pembaca setelah membaca
puisi itu.
Bacalah
puisi berikut ini kemudian jelaskanlah suasana dalam puisi tersebut.
Aku Ingin
Sapardi Djoko Damono
Aku
ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan
kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku
ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan
isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Sumber: , Hujan
Bulan Juni, Kumpulan Puisi karya Sapardi Djoko Damono, 2001
Puisi di atas merupakan ungkapan
cinta seseorang kepada kekasihnya. Dapatkah kamu merasakan bagaimana perasaan
seseorang ketika kekasihnya menyatakan kerelaannya untuk berkorban, seperti
pengorbanan kayu kepada api? Dapat jugakah kamu membayangkan bagaimana perasaan
seseorang ketika sahabatnya menyatakan kesediaannya berkorban seperti
pengorbanan awan yang musnah demi menjadi hujan?
Benar.
Siapa pun perempuan yang menjadi wanita dari lelaki itu akan merasakan perasaan
yang romantis, merasa disayangi, dan terlindungi. Perasaanmu setelah membaca
puisi di atas itulah yang dinamakan suasana.
Sajak Anak Muda
W.
S. Rendra
Kita adalah angkatan gagap
yang diperanakkan oleh angkatan
takabur.
Kita
kurang pendidikan resmi
di
dalam hal keadilan,
karena
tidak diajarkan berpolitik,
dan
tidak diajar dasar ilmu hukum
Kita melihat kabur pribadi orang,
karena tidak diajarkan kebatinan
atau ilmu jiwa.
Kita tidak mengerti uraian
pikiran lurus,
karena tidak diajar filsafat atau
logika.
Apakah
kita tidak dimaksud
untuk
mengerti itu semua ?
Apakah
kita hanya dipersiapkan
untuk
menjadi alat saja ?
inilah
gambaran rata-rata
pemuda
tamatan SLA,
pemuda
menjelang dewasa.
Dasar pendidikan kita adalah
kepatuhan.
Bukan pertukaran pikiran.
Ilmu sekolah adalah ilmu hafalan,
dan bukan ilmu latihan
menguraikan.
Dasar
keadilan di dalam pergaulan,
serta
pengetahuan akan kelakuan manusia,
sebagai
kelompok atau sebagai pribadi,
tidak
dianggap sebagai ilmu yang perlu dikaji dan diuji.
Kenyataan di dunia menjadi
remang-remang.
Gejala-gejala yang muncul lalu
lalang,
tidak bisa kita hubung-hubungkan.
Kita
marah pada diri sendiri
Kita
sebal terhadap masa depan.
Lalu
akhirnya,
menikmati
masa bodoh dan santai.
Di dalam kegagapan,
kita hanya bisa membeli dan
memakai
tanpa bisa
mencipta.
Kita tidak bisa memimpin,
tetapi hanya bisa berkuasa,
persis seperti bapak-bapak kita.
Pendidikan
negeri ini berkiblat ke Barat.
Di
sana anak-anak memang disiapkan
Untuk
menjadi alat dari industri.
Dan
industri mereka berjalan tanpa berhenti.
Tetapi kita dipersiapkan menjadi
alat apa ?
Kita hanya menjadi alat birokrasi
!
Dan birokrasi menjadi berlebihan
tanpa kegunaan -
menjadi benalu di dahan.
Gelap.
Pandanganku gelap.
Pendidikan
tidak memberi pencerahan.
Latihan-latihan
tidak memberi pekerjaan
Gelap. Keluh kesahku gelap.
Orang yang hidup di dalam
pengangguran.
Apakah yang terjadi di sekitarku
ini ?
Karena tidak bisa kita tafsirkan,
lebih enak kita lari ke dalam
puisi ganja.
Apakah
artinya tanda-tanda yang rumit ini ?
Apakah
ini ? Apakah ini ?
Ah, di dalam kemabukan,
wajah berdarah
akan terlihat sebagai bulan.
Mengapa
harus kita terima hidup begini ?
Seseorang
berhak diberi ijazah dokter,
dianggap
sebagai orang terpelajar,
tanpa
diuji pengetahuannya akan keadilan.
Dan bila ada ada tirani
merajalela,
ia diam tidak bicara,
kerjanya cuma menyuntik saja.
Bagaimana ? Apakah kita akan
terus diam saja.
Mahasiswa-mahasiswa
ilmu hukum
dianggap
sebagi bendera-bendera upacara,
sementara
hukum dikhianati berulang kali.
Mahasiswa-mahasiswa ilmu ekonomi
dianggap bunga plastik,
sementara ada
kebangkrutan dan banyak korupsi.
Kita berada di dalam pusaran
tatawarna
yang ajaib dan tidak terbaca.
Kita berada di dalam penjara
kabut yang memabukkan.
Tangan kita menggapai untuk mencari
pegangan.
Dan
bila luput,
kita
memukul dan mencakar
ke
arah udara
Kita
adalah angkatan gagap.
Yang
diperanakan oleh angkatan kurangajar.
Daya hidup telah diganti oleh
nafsu.
Pencerahan telah diganti oleh
pembatasan.
Kita adalah angkatan yang berbahaya.
Pejambon,
Jakarta, 23 Juni 1977
Untuk
memudahkanmu mengerjakan tugas ini, gunakan tabel berikut. Kamu boleh
menambahkan kolom-kolomnya sesuai dengan kebutuhan.
Suasana
|
Larik yang Mendukung Suasana
|
resah
|
Apakah
kita tidak dimaksud untuk mengerti itu semua ?
Apakah
kita hanya dipersiapkan untuk menjadi alat saja ?
|
|
|
|
|
|
|
Kegiatan II
Menemukan Tema Puisi
Tema
adalah ide dasar yang mendasari sebuah tulisan, termasuk puisi. Tema puisi
menjadi inti dari makna atau pesan yang ingin disampaikan penyair dalam
puisinya. Meskipun bahasa yang digunakan dalam puisi cenderung bermakna
konotatif, tetapi tema puisi salah satunya dapat dirunut dengan menggunakan
kata-kata kunci dalam puisi tersebut. Tema puisi akan sangat menentukan penyair
dalam memiih kata-kata yang digunakan dalam puisinya.
Dalam
puisi Aku Ingin karya Sapardi Djoko Damono di atas tema puisinya adalah
tentang cinta. Tema ini dapat dengan mudah ditemukan karena pengulangan kalimat
“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana’ sebanyak dua kali sedangkan tema puisi
‘Tuhan Sembilan Centi’, temanya adalah bahaya rokok. Tema ini dapat dengan
mudah ditemukan dari pengulangan berkali-kali kata ‘rokok’ serta deskripsi
hal-hal yang mengerikan akibat merokok.
Sedangkan
tema puisi ‘Sajak Anak Muda , temanya adalah pendidikan. Tema ini dapat
ditemukan dari penggunaan kata-kata yang berkaitan dengan ilmu pengethuan
seperti ilmu hukum, filsafat, logika; serta istilah
pendidikan seperti pendidikan, pengetahuan, sekolah, dan ujian.
Petunjuk
1.
Bacalah
puisi-puisi berikut ini.
2.
Tentukan
tema puisi tersebut dengan menyertakan alasan-alasannya.
Puisi
1
Doa
Karya:
Chairil Anwar
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
CayaMu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam
sunyi
Tuhanku
Aku
hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku
mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di
pintu-Mu aku mengetuk
Aku
tidak bisa berpaling
Puisi
2
Telah Kau Robek Kain Biru pada Bendera
Itu
*
pahlawan tak dikenal Karya Aming Aminoedin
ribuan orang bergerak sepanjang
jalan
berteriak menuju hotel Yamato
tengah kota
kibar bendera merah-putih-biru
itu
menggemuruhkan gelegak antipati
pada hati
tanpa henti tanpa kompromi
ribuan orang bergerak sepanjang
jalan
berteriak menuju hotel Yamato
tengah kota
ribuan orang memanjat hotel itu,
dan kau
telah robek kain biru pada
bendera itu
ribuan orang bersorak, gemuruh
“Merdeka negeriku!
Merdeka Indonesiaku”
ribuan orang bergerak sepanjang
jalan
berteriak menuju hotel yamato
tengah kota
sorak gemuruh mereka itu kian
riuh
“Ini negaraku, negara tercinta
Satu Republik, Indonesia Raya!”
hai bangsa pemabuk, pemilik
bendera merah-putih-biru
jika tak enyah dari negeriku,
bambu runcing
akan menuding mengusirmu!
jika tak juga enyah, kutawarkan
semangat
dan darah kami muntah, biarkan
tubuh kami
berdarah-darah, tapi kau harus
berserah. kau harus menyerah!
telah
kau robek kain biru pada bendera itu
tinggal
merah-putihnya, kian terasa indah
di
mata, mata kita semua!
Merdeka!
Merdeka! Merdeka!
Jayalah
bangsaku, jayalah negeriku!
Jayalah
Indonesiaku!
Mojokerto,
15/8/2011
Kamu dapat
mengemukakan jawabanmu pada tabel di bawah ini atau pada buku kerjamu terhadap
puisi di atas dengan menggunakan kalimat atau paragraf yang baik dan benar.
No
|
Judul
Puisi
|
Tema
|
Alasan
|
1
|
Doa
|
|
|
2
|
Telah
Kau Robek Kain Biru pada Bendera Itu
|
|
|
|
|
|
|
Kegiatan III
Menemukan
Makna Puisi
Penggalan
puisi ‘Sajak Anak Muda’ di atas, kamu pasti dapat menangkap maksud yang
ingin disampaikan oleh WS. Rendra. Amanat yang ingin disampaikan oleh
penyair itulah yang dimaksud amanat. Tentu saja, pesan itu boleh lebih dari
satu.
Berikut
adalah contoh analisis makna puisi ‘Tuhan Sembilan Centi.’ Diskusikanlah
bersama guru dan teman-temanmu makna lain yang terdapat dalam puisi ‘Tuhan
Sembilan Centi’ di atas.
No.
|
Amanat
|
Larik Puisi
|
1.
|
Pendidikan
di Indonesia lebih banyak ditujukan pada hafalan teori, bukan pemahaman atas
suatu konsep, bukan penguasaan konsep dan ktrampilan.
|
Dasar
pendidikan kita adalah kepatuhan.
Bukan
pertukaran pikiran.
Ilmu
sekolah adalah ilmu hafalan, dan bukan ilmu latihan menguraikan.
|
2
|
|
|
3
|
|
|
4
|
|
|
5
|
|
|
Petunjuk
1) Baca kembali puisi ‘Aku
Ingin’, ‘Doa’, dan ‘Telah Kau Robek Kain Biru pada Bendera Itu.’
2) Identifikasikanlah makna
(pesan) yang ingin disampaikan penyair melalui puisi tersebut.
3) Sertakan larik puisi yang
mendukung jawabanmu.
4) Kerjakan di lembar tugas.
Judul Puisi
|
Makna
|
Larik Puisi
|
Aku
Ingin
|
|
|
Doa
|
|
|
Telah
Kau Robek Kain Biru pada Bendera Itu
|
|
|
B.
Mendemonstrasikan Puisi
Pernahkah kamu
menyaksikan seseorang yang sedang mendemonstrasikan atau mendeklamasikan puisi
di atas panggung atau dalam sebuah lomba? Seorang pembaca puisi yang bagus
mampu menjiwai puisi yang dibacakan dengan baik. Dampaknya, pendengar akan
dapat merasakan suasana puisi tersebut serta mampu menangkap makna puisi yang
disampaikan penyairnya.
Hal itu akan
tercapai ketika pembaca puisi tidak hanya mengandalkan permainan vokal tetapi
juga memperhatikan ekspresi, intonasi, dan gerakan tubuhnya saat membaca puisi.
Pada
bagian ini kamu akan belajar membacakan puisi dengan memperhatikan vokal,
ekspresi, dan intonasi yang baik.
Membacakan
Puisi
Beberapa
hal yang harus dipahami ketika akan membacakan puisi, yaitu mengetahui cara
membacanya. Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan.
(1) Rima dan irama, artinya dalam
membaca puisi tidak terlalu cepat ataupun terlalu lambat. Membaca puisi berbeda
dengan membaca sebuah teks biasa karena puisi terikat oleh rima dan irama
sehingga dalam membaca puisi tidak terlalu cepat ataupun juga terlalu lambat.
(2) Artikulasi atau kejelasan
suara, artinya suara kita dalam membaca puisi harus jelas, misalnya saja dalam
mengucapkan huruf-huruf vokal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /ai/, /au/.
(3) Ekspresi mimik wajah, artinya
ekspresi wajah kita harus bisa disesuaikan dengan isi puisi. Ketika puisi yang
kita bacakan adalah puisi sedih, maka ekspresi mimik wajah kitapun harus bisa
menggambarkan isi puisi sedih tersebut.
(4) Mengatur pernapasan, artinya
pernapasan harus diatur jangan tergesa-gesa. Sehingga tidak akan mengganggu
ketika membaca puisi.
(5) Penampilan, artinya
kepribadian atau sikap kita saat di panggung usahakan harus tenang, tak
gelisah, tak gugup, berwibawa, dan meyakinkan (tidak demam panggung).
(6) Selain hal-hal di atas, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan ketika akan membacakan puisi yaitu sebagai
berikut
.(a) Vokal
Suara yang dihasilkan harus benar. Salah
satu unsur dalam vokal ialah artikulasi (kejelasan pengucapan). Kejelasan
artikulasi dalam mendemonstrasikan puisi sangat perlu. Bunyi vokal seperti /a/,
/i/, /u/, /e/, /o/, /ai/, /au/, dan sebagainya harus jelas terdengar. Demikian
pula dengan bunyi-bunyi konsonan.
(b) Ekspresi
Ekspresi
ialah pengungkapan atau proses menyatakan yang memperlihatkan atau menyatakan
maksud, gagasan, dan perasaan. Ekspresi mimik atau perubahan raut muka harus
ada, namun harus proporsional, sesuai dengan kebutuhan menampilkan gagasan
puisi secara tepat.
(c) Intonasi (tekanan dinamik
dan tekanan tempo)
Intonasi ialah
ketepatan penyajian dalam menentukan keras-lemahnya pengucapan suatu kata.
Intonasi terbagi menjadi dua yaitu tekanan dinamik (tekanan pada kata-kata yang
dianggap penting) dan teknanan tempo (cepat lambat pengucapan suku kata atau
kata).
Setelah
kamu memahami langkah-langkah di atas dalam mendemonstrasikan puisi, dan untuk
mendukung cara pembacaaannya, kita dapat menggunakan teknik-teknik sebagai
berikut.
1.
Membaca
dalam hati puisi tersebut berulang-ulang.
2.
Memberikan
ciri pada bagian-bagian tertentu, misalnya tanda jeda. Jeda pendek dengan tanda
(/) dan jeda panjang dengan tanda (//). Penjedaan panjang diberikan pada frasa,
sedang penjedaan panjang diberikan pada akhir klausa atau kalimat.
3.
Memahami
suasana dan menghayati, tema, dan makna puisinya.
4.
Menghayati
suasana, tema, dan makna puisi untuk meengekspresikan puisi yang kita baca.
Perhatikanlah
contoh puisi (sebelum diberikan tanda jeda) berikut ini!
Sajak Matahari
Karya:
W.S. Rendra
Matahari bangkit dari sanubariku
Menyentuh permukaan samodra raya.
Matahari keluar dari mulutku,
menjadi pelangi di cakrawala.
Wajahmu keluar dari jidatku,
wahai kamu, wanita miskin!
kakimu terbenam di dalam lumpur.
Kamu harapkan beras seperempat
gantang,
dan di tengah sawah tuan tanah
menanammu!
Satu juta lelaki gundul
keluar dari hutan belantara,
tubuh mereka terbalut lumpur
dan kepala mereka berkilatan
memantulkan cahaya matahari.
Mata mereka menyala
tubuh mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia.
Matahari adalah cakra jingga
yang dilepas tangan Sang Krishna.
Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,
ya, umat manusia!
Yogya,
5 Maret 1976
(Sumber:
Antologi Puisi Potret Pembangunan dalam Puisi, 1980)
Perhatikanlah contoh
puisi (setelah diberikan tanda jeda) berikut ini!
Matahari
bangkit/ dari sanubariku//
Menyentuh
permukaan/ samodra raya.//
Matahari keluar
dari mulutku,/
menjadi pelangi
di cakrawala.//
Wajahmu keluar/
dari jidatku,//
wahai kamu,/
wanita miskin!//
kakimu terbenam/
di dalam lumpur.//
Kamu harapkan
beras/ seperempat gantang,//
dan di tengah
sawah/ tuan tanah menanammu!//
Satu juta lelaki
gundul/
keluar dari
hutan belantara,//
tubuh mereka
terbalut lumpur/
dan kepala
mereka berkilatan/
memantulkan
cahaya/ matahari.//
Mata mereka
menyala/
tubuh mereka
menjadi bara/
dan mereka
membakar dunia.//
Matahari adalah
cakra jingga/
yang dilepas
tangan/ Sang Krishna.//
Ia menjadi
rahmat/ dan kutukanmu,/
ya,/ umat
manusia!//
Pemberian
tanda jeda merupakan teknik awal dalam pembacaan puisi. Adanya tanda jeda,
makna sebuah puisi akan tersampaikan kepada para pendengar.
Petunjuk:
1.
Bacalah
puisi berjudul “Ibu” karya D. Zamawi Imron berikut ini!
2.
Pahamilah
suasana, tema, dan maknanya!
3.
Berlatihlah
membacakan puisi tersebut dengan memperhatikan vokal, ekspresi, dan intonasi!
4.
Secara
bergantian, kamu berlatih membacakan puisi tersebut di depan kelas!
5.
Pada
saat temanmu membacakan puisi, berikanlah penilain dengan menggunakan tabel
peniaian yang telah disediakan gurumu!
6.
Kamu
boleh memilih puisi lainnya untuk kamu bacakan!
Ibu
Karya:
D. Zamawi Imron
Kalau aku merantau
lalu datang musim kemarau
sumur-sumur kering,
daunan pun gugur bersama
reranting
hanya mata air air matamu ibu,
yang tetap lancar mengalir
bila aku merantau
sedap kopyor susumu
dan ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan
memutikkan sari-sari kerinduan
lantaran hutangku padamu
tak kuasa kubayar
ibu adalah gua pertapaanku
dan ibulah yang meletakkan aku di
sini
saat bunga kembang menyemerbak
bau sayang
ibu menunjuk ke langit, kemundian
ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang
mengerti
bila kasihmu ibarat samudera
sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut
pada diri
tempatku
berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang
laut semua bagiku
kalau aku ikut ujian lalu ditanya
tentang pahlawan
namamu, ibu, yang kan kusebut
paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu
bila aku berlayar lalu datang
angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah
kukenal
ibulah itu bidadari yang
berselendang bianglala
sesekali datang padaku
menyuruhku menulis langit biru
dengan
sajakku.
(Sumber:
Antologi Puisi Bantalku Ombak Selimutku Angin (1996).