MENYAMPAIKAN
IDE DENGAN ANEKDOT
KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah |
3.5 Mengkritisi teks anekdot dari aspek makna
tersirat.. 3.6 Menganalisis struktur dan kebahasaan teks
anekdot.. |
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan |
4.5 Mengonstruksi makna tersirat dalam sebuah teks
anekdot.. 4.6 Menciptakan kembali teks anekdot dengan
memerhatikan struktur, dan kebahasaan |
NAMA
: KELAS
: NO
ABSEN : MATERI BAHASA INDONESIA X
A. Mengkritisi Teks Anekdot dari Aspek Makna
Tersirat
Ind 1 |
Mendata
pokok-pokok isi anekdot |
Ind 2 |
Membandingkan
anekdot dengan humor |
Ind 3 |
Mengidentifikasi
penyebab kelucuan anekdot |
Mendata
Pokok-Pokok Isi Anekdot
Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali
mendengar atau membaca cerita lucu. Cerita lucu tersebut bisa jadi hanya
merupakan cerita rekaan, tetapi banyak juga yang didasarkan atas kejadian
nyata. Ada cerita lucu yang dibuat benar-benar untuk tujuan menghibur, tetapi
ada juga yang digunakan untuk tujuan lainnya. Salah satu cerita lucu yang banyak
beredar di masyarakat adalah anekdot. Anekdot digunakan untuk menyampaikan
kritik, tetapi tidak dengan cara yang kasar dan menyakiti. Anekdot ialah cerita
singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan. Anekdot mengangkat cerita
tentang orang penting (tokoh masyarakat) atau terkenal berdasarkan kejadian
yang sebenarnya. Kejadian nyata ini kemudian dijadikan dasar cerita lucu dengan
menambahkan unsur rekaan. Seringkali, partisipan (pelaku cerita), tempat
kejadian, dan waktu peristiwa dalam anekdot tersebut merupakan hasil rekaan.
Meskipun demikian, ada juga anekdot yang tidak berasal dari kejadian nyata.
Berikut adalah
contoh anekdot yang dapat dibacakan oleh guru.
Contoh 1
Dosen yang juga Menjadi Pejabat Di kantin sebuah universitas, Udin dan
Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang. Tono : “Saya heran dosen ilmu politik,
kalau mengajar selalu duduk, tidak
pernah mau berdiri.” Udin : “Ah, begitu saja diperhatikan
sih Ton.” Tono : “Ya, Udin tahu sebabnya.” Udin : “Barangkali saja, beliau capek
atau kakinya tidak kuat berdiri.” Tono : “Bukan itu sebabnya, Din. Sebab
dia juga seorang pejabat.” Udin : “Loh, apa hubungannya.” Tono : “Ya, kalau dia berdiri, takut
kursinya diduduki orang lain.” Udin : “???” Sumber: http://radiosuaradogiyafm.blogspot.co.id
dengan penyesuaian. |
Judul |
Dosen yang juga Menjadi Pejabat |
Masalah
yang dibahas |
Dosen yang merangkap jadi pejabat |
Unsur
humor |
Kalimat penutup anekdot sebagai jawaban mengapa sang dosen tidak
pernah mau berdiri dari tempat duduknya ternyata karena kalau dia berdiri,
takut kursinya diduduki orang lain. |
Makna
tersirat yang disampaikan |
Makna tersirat yang disampaikan adalah kritikan pada para
pejabat yang takut kehilangan jabatannya atau tidak mau diganti oleh pejabat
baru |
Alasan
dimasukkan sebagai teks anekdot |
Karena dalam kedua cerita tersebut selain mengandung humor juga
ada sindiran atau kritikan yang disampaikan. |
Contoh 2
Cara
Keledai Membaca Buku
Alkisah,
seorang raja bernama Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin
menerimanya dengan senang hati. Namun, Timur Lenk memberi syarat, agar Nasrudin
mengajari terlebih dahulu keledai itu agar dapat membaca. Timur Lenk memberi
waktu dua minggu sejak sekarang kepada Nasrudin.
Nasrudin
menerima syarat itu dan berlalu. Sambil menuntun keledai itu ia memikirkan apa
yang akan diperbuat. Jika ia dapat mengajari keledai itu untuk membaca, tentu
ia akan menerima hadiah, namun jika tidak maka hukuman pasti akan ditimpakan
kepadanya.
Dua
minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk
ke sebuah buku besar agar Nasrudin segera mempraktikkan apa yang telah ia
ajarkan kepada keledai. Nasrudin lalu menggiring keledainya menghadap ke arah
buku tersebut, dan membuka sampulnya.
Si
keledai menatap buku itu. Kemudian, sangat ajaib! Tak lama kemudian Si Keledai
mulai membuka-buka buku itu dengan lidahnya. Terus menerus, lembar demi lembar
hingga halaman terakhir. Setelah itu, si keledai menatap Nasrudin seolah
berkata ia telah membaca seluruh isi bukunya.
“Demikianlah,
keledaiku sudah membaca semua lembar bukunya,” kata Nasrudin. Timur Lenk merasa
ada yang tidak beres dan ia mulai menginterogasi. Ia kagum dan memberi hadiah
kepada Nasrudin. Namun, ia minta jawaban “Bagaimana cara mengajari keledai
membaca?”
Nasrudin berkisah,
“Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku. Aku
sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus
belajar membalik-balik halaman
untuk bisa makan biji-biji itu, kalau tidak ditemukan biji gandumnya ia harus membalik
halaman berikutnya. Itulah yang ia lakukan terus sampai ia terlatih
membalik-balik halaman buku itu.”
“Namun,
bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya?” tukas Timur Lenk. Nasrudin
menjawab, “Memang demikianlah cara keledai membaca, hanya membalik-balik
halaman tanpa mengerti isinya.”Jadi kalau kita juga membuka-buka buku tanpa
mengerti isinya, berarti kita sebodoh keledai, bukan? kata Nashrudin dengan
mimik serius. Sumber:
http://blogger-apik1.blogspot.co.id (dengan penyesuaian)
Analisislah
cerita anekdot di atas sesuai dengan tabel di bawah ini !
Judul |
Cara Keledai Membaca Buku |
Masalah
yang dibahas |
|
Unsur
humor |
|
Makna
tersirat yang disampaikan |
|
Membandingkan
anekdot dengan humor
Pada
pembelajaran sebelumnya siswa telah belajar bahwa anekdot adalah cerita singkat
yang lucu dan menarik. Apakah semua cerita lucu dapat dikategorikan sebagai
anekdot? Seringkali orang menyamakan antara humor dengan anekdot. Agar dapat
mengetahui persamaan dan perbedaan antara keduanya, bacalah humor berikut ini.
Surat
Cinta Tukang Buah dan Tukang Sayur
Surat
Tukang Buah kepada Tukang Sayur
Wajahmu
memang manggis
sifatmu
juga melon kolis
Tapi
hatiku nanas karena cemburu
Terasa
sirsak napasku
Hatiku
anggur leburIni delima dalam hidupku
Memang
ini salakkuJ
arang
apel di malam minggu
Ya
Tuhan ... mohon belimbing-Mu
Kalo
memang per-pisang-an ini yang terbaik untukmu
Semangka
kau bahagia dengan pria lain
Sawo
nara………Dari : Durianto
Balasan
dari Tukang sayur
Membalas kentang suratmu
itu
Brokoli-brokoli sudah
kubilang
Jangan tiap dateng
rambutmu selalu kucai
Jagungmu tak pernah
dicukur
Disuruh dateng malem
minggu eh nongolnya hari labu
Ditambah kondisi
keuanganmu makin hari makin pare
Kalo mau nelpon aku aja
mesti ke wortel
Terus terong aja
cintaku padamu sudah lama
tomat
Jangan kangkung aku lagi
aku mau hidup seledri
Cabe dech.Dari : Sayurati
(Dikutip
dari https://plus.google.com/u/0/communities/
104074508652281682239 dengan
penyesuaian)
TUGAS
I
1. Jelaskan
Perbedaan Humor dengan Anekdot !
2. Carilah
1 contoh teks anekdot selain yang ada di modul !
Cerita 1
Mau Gaji Besar?
Cerita
2
Profesi
Anak Ibu Penjual Kue
Bapak
Presiden bertanya pada ibu tua penjual kue.
Bapak : “Sudah berapa
lama jualan kue?”
Ibu : “Sudah hampir 30 tahun.”
Bapak : “Terus anak ibu
mana, kenapa tidak ada yang bantu?”
Ibu : “Anak saya ada 4. Yang ke-1 di KPK, ke-2
di POLDA, ke-3 di Kejaksaan dan yang ke-4 di DPR. Jadi mereka sibuk sekali,
Pak.”
Bapak
Presiden kemudian menggeleng-gelengkan kepala karena kagum. Lalu berbicara ke
semua hadirin yang menyertai beliau.
Bapak : ”Meskipun hanya
jualan kue, ibu ini bisa menjadikan anaknya sukses dan jujur tidak korupsi,
karena kalau mereka korupsi, pasti kehidupan Ibu ini sudah sejahtera dan
tinggal di rumah mewah.”
Bapak : “Apa jabatan anak
di POLDA, KPK, Kejaksaan dan DPR?”
Ibu :
“Sama ... jualan kue juga.” Sumber: http://radiosuaradogiyafm.blogspot.co.id
Cerita 3
Nangka
Impor
Seorang teman
diplomat yang baru ditempatkan di Belanda bercerita,
Saya
pernah makan siang di sebuah restoran Indonesia sederhana di Amsterdam. Saya
kaget ternyata salah satu menunya ada masakan gudeg Yogya.
Saya
penasaran. Maka langsung saya pesan satu porsi. Setelah saya ciicipi, percaya
atau tidak, ternyata rasanya lebih enak daripada gudeg di Yogya yang asli!
Lebih
penasaran lagi. Maka saya nanya:
“Mas,
apa rahasianya kok gudeg di sini rasanya lebih enak dibandingkan dengan di
tempat aslinya?”
“Oh,
itu karena nangkanya, Mas. Di Yogya kan pakai nangka lokal. Nah kalau kami di
sini memakai nangka impor,” jawabnya.
“Emang
nangkanya impor dari mana?”
“Dari
Yogya, Mas...”
Cerita 4
Sebuah
mobil ambulans yang mengangkut beberapa orang pasien sakit jiwa terpaksa
berhenti di tengah jalan karena bannya bocor. Ketika sedang mengganti ban, Si
Sopir tak sengaja menendang ke empat bautnya hingga masuk selokan. Dengan panik
Si Sopir berteriak, “Waduuuh, gimana gue bisa pasang ban kalau bautnya hilang?”Mendengar
teriakan itu, salah seorang pasien gila nyeletuk, “Bang copotin aja tuh satu
baut dari masing-masing tiga roda lainnya. Terus pasang ke bannya. Jadi,
masing-masing ban dapat tiga baut.Ntar kalau ada toko baut, tinggal beli empat
baut.”
Mendengar
usul pasien gila tersebut, Si Sopir langsung lega. “Pinter juga Lo tapi ...
kenapa Lo masuk rumah sakit jiwa sih?”
Pasien itu menjawab, “Helooooo ... plis
dech, kita ini Cuma gila. Bukan bego kayak Lo.”
TUGAS
II
Siswa
ditugaskan untuk membaca kembali anekdot-anekdot di atas, kemudian menentukan
makna tersiratnya dengan menggunakan tabel berikut ini.
CONTOH
Judul anekdot |
Kritikan/ sindiran |
Makna tersirat |
Mau
Gaji Besar |
Sindiran pada orang yang hanya ingin mendapatkan gaji besar,
kekayaan dan jabatan secara instant tanpa mau berusaha terlebih dahulu. |
Kalau mau kaya orang harus mau bekerja. |
CERITA
2 |
|
|
CERITA
3 |
|
|
CERITA
4 |
|
|
C. Menganalisis Struktur dan Kebahasaan Teks Anekdot
Ind 1 |
Mengidentifikasi
struktur anekdot |
Ind 2 |
Mengenal
berbagai pola penyajian anekdot |
Ind 3 |
Menganalisis
kebahasaan anekdot |
Mengidentifikasi
Struktur Anekdot
Anekdot
memiliki struktur teks yang yang membedakannya dengan teks lainnya. Teks
anekdot memiliki struktur abstraksi ^ orientasi ^ krisis ^ reaksi
^ koda.
(a) Abstraksi merupakan
pendahuluan yang menyatakan latar belakang atau gambaran umum tentang isi suatu
teks.
(b) Orientasi
merupakan bagian cerita yang mengarah pada terjadinya suatu krisis, konflik,
atau peristiwa utama. Bagian inilah yang menjadi penyebab timbulnya krisis.
(c) Krisis atau
komplikasi merupakan bagian dari inti peristiwa suatu anekdot. Pada bagian
krisis itulah terdapat kekonyolan yang menggelitik dan mengundang tawa.
(d) Reaksi merupakan
tanggapan atau respons atas krisis yang dinyatakan sebelumnya. Reaksi yang
dimaksud dapat berupa sikap mencela atau menertawakan.
(e) Koda merupakan
penutup atau kesimpulan sebagai pertanda berakhirnya cerita. Di dalamnya dapat
berupa persetujuan, komentar, ataupun penjelasan atas maksud dari cerita yang dipaparkan
sebelumnya. Bagian ini biasanya ditandai oleh kata-kata, seperti itulah,akhirnya,
demikianlah. Keberadaan koda bersifat opsional; bisa ada ataupun
tidak ada.
Contoh
analisis struktur teks anekdot.
Isi |
Struktur |
Seorang warga melapor
kemalingan. |
Abstraksi |
Pelapor : “Pak saya
kemalingan.” Polisi : “Kemalingan apa?” Pelapor : “Mobil, Pak. Tapi
saya beruntung Pak...” |
Orientasi |
Polisi : “Kemalingan kok
beruntung?” Pelapor : “Iya pak. Saya
beruntung karena CCTV merekam dengan jelas. Saya bisa melihat dengan jelas
wajah malingnya.” Polisi
: “Sudah minta izin malingnya untuk merekam?” |
Krisis |
Pelapor : “Belum .... “
(sambil menatap polisi dengan penuh keheranan. Polisi
: “Itu ilegal. Anda saya tangkap.” |
Reaksi |
Pelapor
: (hanya bisa pasrah tak berdaya). |
Koda |
D. Menciptakan kembali Teks Anekdot dengan
Memerhatikan Struktur dan Kebahasaan
Ind 1 |
Menceritakan
kembali isi anekdot dengan pola penyajian yang
berbeda |
Ind 2 |
Menyusun
teks anekdot berdasarkan kejadian yang menyangkut orang banyak atau perilaku
seorang tokoh publik |
Menyusun Teks Anekdot Berdasarkan Kejadian yang
Menyangkut Orang Banyak atau Perilaku Tokoh Publik
Dalam
menyusun anekdot, ada beberapa hal yang harus ditentukan lebih dulu. Hal
tersebut adalah tema, kritik, kelucuan, tokoh, struktur, dan pola penyajian
teks anekdot. Langkah-langkah ini akan memudahkan kamu untuk belajar menyusun
anekdot. Jadi bacalah dengan teliti contoh penyusunan anekdot agar nantinya
kamu bisa menyusun anekdotmu sendiri.
Dalam
contoh berikut ini, kamu akan mengetahui bagaimana anekdot disusun.
Langkah-langkah penyusunan disajikan dalam bentuk tabel, dengan penyelesaian
pada kolom ketiga.
No |
Aspek |
ISI |
1 |
Tema |
Kasih
sayang pada orang tua |
2 |
Kritik |
Anak
yang memandang orang tua di masa tuanya sebagai orang yang merepotkan. |
3 |
Humor/
kelucuan |
Orang
dewasa malu karena dikritik oleh anak kecil |
4 |
Tokoh |
Kakek
tua, ayah dan ibu (anak), cucu 6 tahun |
5 |
Struktur Abstraksi
|
Kakek
tua yang tinggal bersama anak, menantu dan
cucu 6 tahun. |
Orientasi |
Kebiasaan
makan malam di rumah si anak. Kakek tua makannya sering berantakan. |
|
Krisis |
Kakek
tua diberi meja kecil terpisah di pojok, dengan alat makan anti pecah. |
|
Reaksi |
Cucu
6 tahun membuat replika meja terpisah. |
|
Koda |
Cucu
6 tahun mengungkap-kan kelak akan membuat meja terpisah juga untuk ayah dan
ibunya. |
|
6 |
Alur |
Kakek
tua tinggal bersama anak, menantu dan cucunya yang berusia 6 tahun. Karena
sudah tua, mata si Kakek rabun dan tangannya bergetar sehingga kerap
menjatuhkan makanan dan alat makan. Agar tidak merepotkan, ia ditempatkan di
meja terpisah dengan alat makan anti pecah. Anak
dan menantunya baru sadar ketika diingatkan oleh cucu 6 tahun yang tengah
bermain membuat replika meja. |
7 |
Pola penyajian |
Narasi |
8 |
Teks anekdot |
Seorang kakek hidup serumah bersama anak, menantu,
dan cucu berusia 6 tahun. Keluarga itu biasa makan malam bersama. Si kakek
yang sudah pikun sering mengacaukan segalanya. Tangan bergetar dan mata
rabunnya membuat kakek susah menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh.
Saat si kakek meraih gelas, susu tumpah membasahi
taplak. Anak dan menantunya menjadi gusar. Suami istri itu lalu menempatkan sebuah meja kecil
di sudut ruangan, tempat sang kakek makan sendirian. Mereka memberikan
mangkuk melamin yang tidak gampang pecah. Saat keluarga sibuk dengan piring masing-masing,
sering terdengar ratap kesedihan dari sudut ruangan. Namun, suami-istri itu
justru mengomel agar kakek tak menghamburkan makanan lagi. Sang cucu yang baru berusia 6 tahunmengamati semua
kejadian itu dalam diam. Suatu hari si ayah memperhatikan anaknya sedang
membuat replika mainan kayu. “Sedang apa, sayang?” tanya ayah pada anaknya. “Aku sedang membuat meja buat Ayah dan Ibu. Persiapan buat ayah dan ibu bila aku besar nanti.” Ayah anak kecil itu langsung terdiam. Ia berjanji dalam hati, mulai hari itu, kakek akan
kembali diajak makan di meja yang sama. Tak akan ada lagi omelan saat piring
jatuh, makanan tumpah, atau taplak ternoda kuah. Sumber: J. Sumardianta, Guru Gokil Murid Unyu.
Halaman 47. (dengan penyesuaian) |