Kamis, 04 Maret 2021

MODUL PUISI

 

 

Pelajaran VIII

MENDALAMI

PUISI

 

Dengan mempelajari pelajaran 8 ini, kamu diharapkan mampu mendalami puisi dengan memahami, menulis, dan mendemonstraskannya dengan baik yang terdapat dalam antologi puisi. Di samping itu, kamu juga diharapkan dapat membangun kesadaran bertanggungjawab, rasa ingin tahu, dan sikap menghargai.

Pada pelajaran ini kamu akan mempelajari salah satu karya sastra yaitu puisi. Sumber utama pada pelajaran ini ialah dari buku kumpulan puisi atau sering disebut antologi. Bukan hanya memahami isi puisi, tetapi kamu juga harus mendemonstrasikan puisi dengan memerhatikan beberapa komponen penting yaitu vokal, ekspresi, dan intonasi.


A.    Mengidentifikasi Komponen Penting dalam Puisi

Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang banyak disukai karena disajikan dalam bahasa yang indah dan sifatnya yang imajinatif. Bahkan puisi juga dianggap sebagai rangkaian kata-kata yang menggambarkan perasaan penulis (penyairnya). Pesan yang ingin disampaikan oleh penyair dirangkai dengan kata-kata yang indah, yang berbeda dengan bahasa sehar-hari, bahkan juga berbeda dengan bahasa karya sastra lainnya, seperti drama atau prosa.

Makna puisi menjadi hal yang penting bagi pembaca. Seindah apa pun rangkaian kata-kata yang dibuat oleh seseorang, menjadi tidak berarti makna atau pesan yang disampaikan di dalamnya.

Pada pembelajaran kali ini, kamu akan memahami hal-hal penting terkait pesan yang ingin disampaikan penyair terutama berkaitan dengan suasana, tema, dan makna puisi.

 

 

Kegiatan I

Menentukan Suasana dalam Puisi

Pernahkah kamu membaca sebuah puisi yang meninggalkan kesan mendalam bagi perasaanmu? Misalnya, sebuah puisi cinta yang membuat hatimu menjadi berbunga-bunga atau puisi kritik sosial yang membuat perasaan kemanusiaanmu tersentuh?

Itulah yang disebut dengan suasana, yaitu keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu. Dengan kata lain, suasana merupakan akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Suasana ialah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu.

Bacalah puisi berikut ini kemudian jelaskanlah suasana dalam puisi tersebut.

 

Aku Ingin

Sapardi Djoko Damono

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

Sumber: , Hujan Bulan Juni, Kumpulan Puisi karya Sapardi Djoko Damono, 2001

 

Puisi di atas merupakan ungkapan cinta seseorang kepada kekasihnya. Dapatkah kamu merasakan bagaimana perasaan seseorang ketika kekasihnya menyatakan kerelaannya untuk berkorban, seperti pengorbanan kayu kepada api? Dapat jugakah kamu membayangkan bagaimana perasaan seseorang ketika sahabatnya menyatakan kesediaannya berkorban seperti pengorbanan awan yang musnah demi menjadi hujan?

Benar. Siapa pun perempuan yang menjadi wanita dari lelaki itu akan merasakan perasaan yang romantis, merasa disayangi, dan terlindungi. Perasaanmu setelah membaca puisi di atas itulah yang dinamakan suasana.

 

Sajak Anak Muda

W. S. Rendra

Kita adalah angkatan gagap

yang diperanakkan oleh angkatan takabur.

Kita kurang pendidikan resmi

di dalam hal keadilan,

karena tidak diajarkan berpolitik,

dan tidak diajar dasar ilmu hukum

Kita melihat kabur pribadi orang,

karena tidak diajarkan kebatinan atau ilmu jiwa.

Kita tidak mengerti uraian pikiran lurus,

karena tidak diajar filsafat atau logika.

Apakah kita tidak dimaksud

untuk mengerti itu semua ?

Apakah kita hanya dipersiapkan

untuk menjadi alat saja ?

inilah gambaran rata-rata

pemuda tamatan SLA,

pemuda menjelang dewasa.

Dasar pendidikan kita adalah kepatuhan.

Bukan pertukaran pikiran.

Ilmu sekolah adalah ilmu hafalan,

dan bukan ilmu latihan menguraikan.

Dasar keadilan di dalam pergaulan,

serta pengetahuan akan kelakuan manusia,

sebagai kelompok atau sebagai pribadi,

tidak dianggap sebagai ilmu yang perlu dikaji dan diuji.

Kenyataan di dunia menjadi remang-remang.

Gejala-gejala yang muncul lalu lalang,

tidak bisa kita hubung-hubungkan.

Kita marah pada diri sendiri

Kita sebal terhadap masa depan.

Lalu akhirnya,

menikmati masa bodoh dan santai.

Di dalam kegagapan,

kita hanya bisa membeli dan memakai

tanpa bisa mencipta.

Kita tidak bisa memimpin,

tetapi hanya bisa berkuasa,

persis seperti bapak-bapak kita.

Pendidikan negeri ini berkiblat ke Barat.

Di sana anak-anak memang disiapkan

Untuk menjadi alat dari industri.

Dan industri mereka berjalan tanpa berhenti.

Tetapi kita dipersiapkan menjadi alat apa ?

Kita hanya menjadi alat birokrasi !

Dan birokrasi menjadi berlebihan

tanpa kegunaan -

menjadi benalu di dahan.

Gelap. Pandanganku gelap.

Pendidikan tidak memberi pencerahan.

Latihan-latihan tidak memberi pekerjaan

Gelap. Keluh kesahku gelap.

Orang yang hidup di dalam pengangguran.

Apakah yang terjadi di sekitarku ini ?

Karena tidak bisa kita tafsirkan,

lebih enak kita lari ke dalam puisi ganja.

Apakah artinya tanda-tanda yang rumit ini ?

Apakah ini ? Apakah ini ?

Ah, di dalam kemabukan,

wajah berdarah

akan terlihat sebagai bulan.

Mengapa harus kita terima hidup begini ?

Seseorang berhak diberi ijazah dokter,

dianggap sebagai orang terpelajar,

tanpa diuji pengetahuannya akan keadilan.

Dan bila ada ada tirani merajalela,

ia diam tidak bicara,

kerjanya cuma menyuntik saja.

Bagaimana ? Apakah kita akan terus diam saja.

Mahasiswa-mahasiswa ilmu hukum

dianggap sebagi bendera-bendera upacara,

sementara hukum dikhianati berulang kali.

Mahasiswa-mahasiswa ilmu ekonomi

dianggap bunga plastik,

sementara ada kebangkrutan dan banyak korupsi.

Kita berada di dalam pusaran tatawarna

yang ajaib dan tidak terbaca.

Kita berada di dalam penjara kabut yang memabukkan.

Tangan kita menggapai untuk mencari pegangan.

Dan bila luput,

kita memukul dan mencakar

ke arah udara

Kita adalah angkatan gagap.

Yang diperanakan oleh angkatan kurangajar.

Daya hidup telah diganti oleh nafsu.

Pencerahan telah diganti oleh pembatasan.

Kita adalah angkatan yang berbahaya.

Pejambon, Jakarta, 23 Juni 1977

Untuk memudahkanmu mengerjakan tugas ini, gunakan tabel berikut. Kamu boleh menambahkan kolom-kolomnya sesuai dengan kebutuhan.

Suasana

Larik yang Mendukung Suasana

resah

Apakah kita tidak dimaksud untuk mengerti itu semua ?

Apakah kita hanya dipersiapkan untuk menjadi alat saja ?

 

 

 

 

 

 

 

Kegiatan II

Menemukan Tema Puisi

Tema adalah ide dasar yang mendasari sebuah tulisan, termasuk puisi. Tema puisi menjadi inti dari makna atau pesan yang ingin disampaikan penyair dalam puisinya. Meskipun bahasa yang digunakan dalam puisi cenderung bermakna konotatif, tetapi tema puisi salah satunya dapat dirunut dengan menggunakan kata-kata kunci dalam puisi tersebut. Tema puisi akan sangat menentukan penyair dalam memiih kata-kata yang digunakan dalam puisinya.

Dalam puisi Aku Ingin karya Sapardi Djoko Damono di atas tema puisinya adalah tentang cinta. Tema ini dapat dengan mudah ditemukan karena pengulangan kalimat “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana’ sebanyak dua kali sedangkan tema puisi ‘Tuhan Sembilan Centi’, temanya adalah bahaya rokok. Tema ini dapat dengan mudah ditemukan dari pengulangan berkali-kali kata ‘rokok’ serta deskripsi hal-hal yang mengerikan akibat merokok.

Sedangkan tema puisi ‘Sajak Anak Muda , temanya adalah pendidikan. Tema ini dapat ditemukan dari penggunaan kata-kata yang berkaitan dengan ilmu pengethuan seperti ilmu hukum, filsafat, logika; serta istilah pendidikan seperti pendidikan, pengetahuan, sekolah, dan ujian.

 

Petunjuk

1.      Bacalah puisi-puisi berikut ini.

2.      Tentukan tema puisi tersebut dengan menyertakan alasan-alasannya.

 

Puisi 1

Doa

Karya: Chairil Anwar

Tuhanku

Dalam termangu

Aku masih menyebut nama-Mu

Biar susah sungguh

Mengingat Kau penuh seluruh

CayaMu panas suci

Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

Aku hilang bentuk

Remuk

Tuhanku

Aku mengembara di negeri asing

Tuhanku

Di pintu-Mu aku mengetuk

Aku tidak bisa berpaling

 

Puisi 2

Telah Kau Robek Kain Biru pada Bendera Itu

* pahlawan tak dikenal Karya Aming Aminoedin

ribuan orang bergerak sepanjang jalan

berteriak menuju hotel Yamato tengah kota

kibar bendera merah-putih-biru itu

menggemuruhkan gelegak antipati pada hati

tanpa henti tanpa kompromi

 

ribuan orang bergerak sepanjang jalan

berteriak menuju hotel Yamato tengah kota

ribuan orang memanjat hotel itu, dan kau

telah robek kain biru pada bendera itu

ribuan orang bersorak, gemuruh

“Merdeka negeriku!

Merdeka Indonesiaku”

ribuan orang bergerak sepanjang jalan

berteriak menuju hotel yamato tengah kota

sorak gemuruh mereka itu kian riuh

“Ini negaraku, negara tercinta

Satu Republik, Indonesia Raya!”

 

hai bangsa pemabuk, pemilik

bendera merah-putih-biru

jika tak enyah dari negeriku, bambu runcing

akan menuding mengusirmu!

jika tak juga enyah, kutawarkan semangat

dan darah kami muntah, biarkan tubuh kami

berdarah-darah, tapi kau harus

berserah. kau harus menyerah!

telah kau robek kain biru pada bendera itu

tinggal merah-putihnya, kian terasa indah

di mata, mata kita semua!

Merdeka! Merdeka! Merdeka!

Jayalah bangsaku, jayalah negeriku!

Jayalah Indonesiaku!

Mojokerto, 15/8/2011

 

 

 

Kamu dapat mengemukakan jawabanmu pada tabel di bawah ini atau pada buku kerjamu terhadap puisi di atas dengan menggunakan kalimat atau paragraf yang baik dan benar.

No

Judul Puisi

Tema

Alasan

1

Doa

 

 

2

Telah Kau Robek Kain Biru pada Bendera Itu

 

 

 

 

 

 

 

Kegiatan III

Menemukan Makna Puisi

Penggalan puisi ‘Sajak Anak Muda’ di atas, kamu pasti dapat menangkap maksud yang ingin disampaikan oleh WS. Rendra. Amanat yang ingin disampaikan oleh penyair itulah yang dimaksud amanat. Tentu saja, pesan itu boleh lebih dari satu.

Berikut adalah contoh analisis makna puisi ‘Tuhan Sembilan Centi.’ Diskusikanlah bersama guru dan teman-temanmu makna lain yang terdapat dalam puisi ‘Tuhan Sembilan Centi’ di atas.

 

No.

Amanat

Larik Puisi

1.

Pendidikan di Indonesia lebih banyak ditujukan pada hafalan teori, bukan pemahaman atas suatu konsep, bukan penguasaan konsep dan ktrampilan.

Dasar pendidikan kita adalah kepatuhan.

Bukan pertukaran pikiran.

Ilmu sekolah adalah ilmu hafalan, dan bukan ilmu latihan menguraikan.

2

 

 

3

 

 

4

 

 

5

 

 

 

Petunjuk

1) Baca kembali puisi ‘Aku Ingin’, ‘Doa’, dan ‘Telah Kau Robek Kain Biru pada Bendera Itu.’

2) Identifikasikanlah makna (pesan) yang ingin disampaikan penyair melalui puisi tersebut.

3) Sertakan larik puisi yang mendukung jawabanmu.

4) Kerjakan di lembar tugas.

 

Judul Puisi

Makna

Larik Puisi

Aku Ingin

 

 

Doa

 

 

Telah Kau Robek Kain Biru pada Bendera Itu

 

 

 

 

B.     Mendemonstrasikan Puisi

 

Pernahkah kamu menyaksikan seseorang yang sedang mendemonstrasikan atau mendeklamasikan puisi di atas panggung atau dalam sebuah lomba? Seorang pembaca puisi yang bagus mampu menjiwai puisi yang dibacakan dengan baik. Dampaknya, pendengar akan dapat merasakan suasana puisi tersebut serta mampu menangkap makna puisi yang disampaikan penyairnya.

Hal itu akan tercapai ketika pembaca puisi tidak hanya mengandalkan permainan vokal tetapi juga memperhatikan ekspresi, intonasi, dan gerakan tubuhnya saat membaca puisi.

Pada bagian ini kamu akan belajar membacakan puisi dengan memperhatikan vokal, ekspresi, dan intonasi yang baik.

 

Membacakan Puisi

Beberapa hal yang harus dipahami ketika akan membacakan puisi, yaitu mengetahui cara membacanya. Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan.

(1) Rima dan irama, artinya dalam membaca puisi tidak terlalu cepat ataupun terlalu lambat. Membaca puisi berbeda dengan membaca sebuah teks biasa karena puisi terikat oleh rima dan irama sehingga dalam membaca puisi tidak terlalu cepat ataupun juga terlalu lambat.

(2) Artikulasi atau kejelasan suara, artinya suara kita dalam membaca puisi harus jelas, misalnya saja dalam mengucapkan huruf-huruf vokal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /ai/, /au/.

(3) Ekspresi mimik wajah, artinya ekspresi wajah kita harus bisa disesuaikan dengan isi puisi. Ketika puisi yang kita bacakan adalah puisi sedih, maka ekspresi mimik wajah kitapun harus bisa menggambarkan isi puisi sedih tersebut.

(4) Mengatur pernapasan, artinya pernapasan harus diatur jangan tergesa-gesa. Sehingga tidak akan mengganggu ketika membaca puisi.

(5) Penampilan, artinya kepribadian atau sikap kita saat di panggung usahakan harus tenang, tak gelisah, tak gugup, berwibawa, dan meyakinkan (tidak demam panggung).

(6) Selain hal-hal di atas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika akan membacakan puisi yaitu sebagai berikut

.(a) Vokal

Suara yang dihasilkan harus benar. Salah satu unsur dalam vokal ialah artikulasi (kejelasan pengucapan). Kejelasan artikulasi dalam mendemonstrasikan puisi sangat perlu. Bunyi vokal seperti /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /ai/, /au/, dan sebagainya harus jelas terdengar. Demikian pula dengan bunyi-bunyi konsonan.

(b) Ekspresi

Ekspresi ialah pengungkapan atau proses menyatakan yang memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, dan perasaan. Ekspresi mimik atau perubahan raut muka harus ada, namun harus proporsional, sesuai dengan kebutuhan menampilkan gagasan puisi secara tepat.

(c) Intonasi (tekanan dinamik dan tekanan tempo)

Intonasi ialah ketepatan penyajian dalam menentukan keras-lemahnya pengucapan suatu kata. Intonasi terbagi menjadi dua yaitu tekanan dinamik (tekanan pada kata-kata yang dianggap penting) dan teknanan tempo (cepat lambat pengucapan suku kata atau kata).

Setelah kamu memahami langkah-langkah di atas dalam mendemonstrasikan puisi, dan untuk mendukung cara pembacaaannya, kita dapat menggunakan teknik-teknik sebagai berikut.

1.      Membaca dalam hati puisi tersebut berulang-ulang.

2.      Memberikan ciri pada bagian-bagian tertentu, misalnya tanda jeda. Jeda pendek dengan tanda (/) dan jeda panjang dengan tanda (//). Penjedaan panjang diberikan pada frasa, sedang penjedaan panjang diberikan pada akhir klausa atau kalimat.

3.      Memahami suasana dan menghayati, tema, dan makna puisinya.

4.      Menghayati suasana, tema, dan makna puisi untuk meengekspresikan puisi yang kita baca.

 

Perhatikanlah contoh puisi (sebelum diberikan tanda jeda) berikut ini!

Sajak Matahari

Karya: W.S. Rendra

Matahari bangkit dari sanubariku

Menyentuh permukaan samodra raya.

Matahari keluar dari mulutku,

menjadi pelangi di cakrawala.

Wajahmu keluar dari jidatku,

wahai kamu, wanita miskin!

kakimu terbenam di dalam lumpur.

Kamu harapkan beras seperempat gantang,

dan di tengah sawah tuan tanah menanammu!

Satu juta lelaki gundul

keluar dari hutan belantara,

tubuh mereka terbalut lumpur

dan kepala mereka berkilatan

memantulkan cahaya matahari.

Mata mereka menyala

tubuh mereka menjadi bara

dan mereka membakar dunia.

Matahari adalah cakra jingga

yang dilepas tangan Sang Krishna.

Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,

ya, umat manusia!

Yogya, 5 Maret 1976

(Sumber: Antologi Puisi Potret Pembangunan dalam Puisi, 1980)

 

Perhatikanlah contoh puisi (setelah diberikan tanda jeda) berikut ini!

Matahari bangkit/ dari sanubariku//

Menyentuh permukaan/ samodra raya.//

Matahari keluar dari mulutku,/

menjadi pelangi di cakrawala.//

Wajahmu keluar/ dari jidatku,//

wahai kamu,/ wanita miskin!//

kakimu terbenam/ di dalam lumpur.//

Kamu harapkan beras/ seperempat gantang,//

dan di tengah sawah/ tuan tanah menanammu!//

Satu juta lelaki gundul/

keluar dari hutan belantara,//

tubuh mereka terbalut lumpur/

dan kepala mereka berkilatan/

memantulkan cahaya/ matahari.//

Mata mereka menyala/

tubuh mereka menjadi bara/

dan mereka membakar dunia.//

Matahari adalah cakra jingga/

yang dilepas tangan/ Sang Krishna.//

Ia menjadi rahmat/ dan kutukanmu,/

ya,/ umat manusia!//

 

Pemberian tanda jeda merupakan teknik awal dalam pembacaan puisi. Adanya tanda jeda, makna sebuah puisi akan tersampaikan kepada para pendengar.

Petunjuk:

1.      Bacalah puisi berjudul “Ibu” karya D. Zamawi Imron berikut ini!

2.      Pahamilah suasana, tema, dan maknanya!

3.      Berlatihlah membacakan puisi tersebut dengan memperhatikan vokal, ekspresi, dan intonasi!

4.      Secara bergantian, kamu berlatih membacakan puisi tersebut di depan kelas!

5.      Pada saat temanmu membacakan puisi, berikanlah penilain dengan menggunakan tabel peniaian yang telah disediakan gurumu!

6.      Kamu boleh memilih puisi lainnya untuk kamu bacakan!

 

Ibu

Karya: D. Zamawi Imron

Kalau aku merantau

lalu datang musim kemarau

sumur-sumur kering,

daunan pun gugur bersama reranting

hanya mata air air matamu ibu,

yang tetap lancar mengalir

bila aku merantau

sedap kopyor susumu

dan ronta kenakalanku

di hati ada mayang siwalan

memutikkan sari-sari kerinduan

lantaran hutangku padamu

tak kuasa kubayar

ibu adalah gua pertapaanku

dan ibulah yang meletakkan aku di sini

saat bunga kembang menyemerbak bau sayang

ibu menunjuk ke langit, kemundian ke bumi

aku mengangguk meskipun kurang mengerti

bila kasihmu ibarat samudera

sempit lautan teduh

tempatku mandi, mencuci lumut pada diri

tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh

lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku

kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan

namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu

lantaran aku tahu

engkau ibu dan aku anakmu

bila aku berlayar lalu datang angin sakal

Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal

ibulah itu bidadari yang berselendang bianglala

sesekali datang padaku

menyuruhku menulis langit biru

dengan sajakku.

(Sumber: Antologi Puisi Bantalku Ombak Selimutku Angin (1996).

Materi Kelas X TP dan TBSM

MENDALAMI PUISI Sumber: https://ruangimaji.files.wordpress.com/2011/03/rendra1.jpg Dengan mempelajari pelajaran 8 ini, kam...